BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ISLAM
BAB 6
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ISLAM
A.
PENDAHULUAN
Obyek
kajian Ilmu Komunikasi Islam terdiri dari tiga bentuk komunikasi yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Tiga bentuk komunikasi itu adalah
komunikasi manusia dengan Allah, komunikasi manusia dengan dirinya sendiri, dan
komunikasi manusia dengan yang lainnya.
Tiga
bentuk komunikasi ini merupakan warisan dari ajaran agama secara universal,
sebagaimana tergambar dalam dalam atsar dari Wahab bin Munabbih yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal berikut ini :
“Dari
Wahab bin Munabbih, beliau berkata : Tertulis dalam hikmah Dawud: “Sangat
pantas bagi orang yang berakal untuk tidak lalai dari empat waktu dari
siangnya: waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk mengevaluasi
dirinya, waktu berkumpul dengan teman-teman yang bisa memberikan nasehat dan
menunjukkan kekurangannya, dan waktu untuk santai yang halal dan baik.
Riwayat
diatas menegaskan bahwa tiga bentuk komunikasi yang terdapat dalam komunikasi
Islam : komunikasi manusia dengan Tuhannya, komunikasi dengan dirinya sendiri,
dan komunikasi dengan sesama manusia merupakan ajaran universal, bukan identik
dengan Islam saja, karena Nabi Daud as juga sudah mengajarkan tiga bentuk
komunikasi ini.
B.
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ISLAM
1.
Komunikasi Ilahiah
Di antara bentuk komunikasi dalam
Islam adalah komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Bentuk komunikasi ini
bersifat alami dan wujud dari adanya ruh kehidupan yang ditiupkan Allah kepada
makhluk-Nya. Dengan tiupan ruh-Nya, manusia selalu rindu ingin bekomunikasi
dengan-Nya, terutama saat berada dalam kondisi sulit.
Komunikasi
antara manusia dan penciptanya sudah terjadi sejak Allah meniupkan ruh-Nya
kepada manusia. Sejak itulah kehidupan bermula,
dan sejak itu juga komunikasi sudah terjalin.
POLA KOMUNIKASI MANUSIA DAN PENCIPTANYA
1.
Pola Komunikasi Dengan Manusia Pilihan
a.
Komunikasi Langsung
Komunikasi
Allah dengan manusia secara langsung pernah terjadi pada Nabi Musa as.
Sedangkan dengan Nabi yang lain, Allah berkomunikasi dengan mereka lewat wahyu,
baik yang disampaikan ke dalam hati mereka tanpa perantara malaikat atau dengan
perantara malaikat. Itulah sebabnya Musa diberi gelar Kalimullah (orang yang
bisa berkomunikasi langsung dengan Allah swt.)
Al-Sa’di
berkata bahwa pola komunikasi Allah dengan para nabi terjadi dengan tiga pola :
pertama, menurunkan wahyu ke dalam hati mereka tanpa perantara malaikat ;
kedua, berbicara langsung tapi dibelakang tabir; dan ketiga, dengan mengutus
malaikat menyampaikan wahyu.[1]
b.
Komunikasi dengan Wahyu
Komunikasi
melalui wahyu merupakan jenis komunikasi yang paling lazim terjadi pada semua
nabi. Di antara bentuk komunikasi jenis ini terjadi pada Nabi Ibrahim ketika
dia meminta kepada Allah agar membuktikan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan
kembali makhluk yang telah meninggal dunia. Allah bertanya kepada Ibrahim
tentang sebab permintaannya, apakah dia termasuk orang yang tidak percaya bahwa
Allah mampu melakukan hal itu. Ternyata Ibrahim bukan tidak beriman, tetapi dia
ingin lebih memantapkan hatinya dan membuat
tenang.
Pola
komunikasi dengan perantara wahyu berhenti dengan diutusnya Nabi Muhammad
sebagai Nabi terakhir yang diutus dimuka bumi. Selanjutnya komunikasi antara
manusia dengan Penciptanya dibangun lewat media sholay, dzikir, membaca
Al-Quran, berdoa, istighfaar, dan taubat kepada Allah swt.
2.
Pola Komunikasi dengan Manusia Biasa
Setelah
manusia lahir ke dunia, Allah sudah menyiapkan berbagai media yang memungkinkan
mereka untuk tetap bersambung dengan Allah swt. Di antara media terpenting yang
Allah persiapkan buat manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya adalah sholat,
dzikir, membaca Al-Quran, berdoa, istighfar, dan taubat kepada Allah swt.
Berikut
ini adalah beberapa penjelasannya :
a.
Sholat
Sholat
adalah ajaran Islam yang mengajarkan kepada penganutnya untuk berkomunikasi
secara intensif dengan Allah. Allah memerintahkan kepada makhluk-Nya untuk
berkomunikasi dengan-Nya lewat media sholat minimal lima kali sehari pada
waktu-waktu yang sudah ditentukan.
b.
Dzikir
Dzikir
adalah salah satu bentuk komunikasi manusia kepada Allah, dengan cara
menghadirkan-Nya dalam hati, menyebut-Nya dengan lisan, mempelajari dan
mengajarkan ajaran-Nya, mengajak kepada orang lain untuk melakukan apa yang
diperintahkan-Nya, dan mencegah orang dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
c.
Istighfar dan Taubat
Istighfar
menurut bahasa artinya memohon ampunan dan meminta agar perkataan atau
perbuatan buruk yang pernah dikerjakan bisa diperbaiki.[2]
Menurut definisi ini istighfar merupakan upaya dari seseorang untuk mengoreksi
dan mengakui kesalahan dirinya sebagai langkah awal untuk melakukan perbaikan.
Setelah
istighfar berhasil dilakukan, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah
bertaubat. Taubat menurut bahasa berasal dari kata taba yatubu, taubatan yang
artinya kembali. Yang dimaksud dengan kembali dalam makna bahasa itu adalah
kembali ke jalan yang benar setelah melakukan kesalahan. Jadi, taubat adalah
aksi nyata dari orang yang telah menyadari kesalahannya untuk melepas segala
kesalahan dan kembali ke jalan yang benar.[3]
d.
Tilawah Al-Quran
Al-Quran
merupaka kitab yang diturunkan oleh Allah sebagai salah satu sarana untuk
berkomunikasi dengan hamba-Nya. Di dalamnya tekandung banyak sekali bentuk
komunikasi .
Di
antara bentuk komunikasi itu adalah :
1.
Komunikasi
antara Allah dengan Malaikat.
2.
Komunikasi
Allah dengan para Nabi dan Rasul.
3.
Komunikasi
Allah dengan Iblis
4.
Komunikasi
Allah dengan manusia lewat perantara Rasul.
5.
Komunikasi
Allah dengan Manusia.
6.
Komunikasi
manusia dengan makhluk lainnya
7.
Komunikasi
sesama manusia .
C.
KOMUNIKASI INTRA PERSONA
Komunikasi
Intrapersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang
saat menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkan kembali.
Dalam
kajian Ibnu Qoyyim, komunikasi intrapersonal dimulai dengan langkah khawatir
dan afkar. Khawatir dan afkar adalah langkah mengumpulkan informasi yang di
dnegar, dilihat, dan dipikirkan. Informasi yang terkumpul itu lalu diberi makna.
Upaya pemberian makna terhadap informasi yang masuk disebut tashawwur atau
persepsi. Dari tashawwur akan memunculkan iradah (keinginan) untuk bertindak dan
berbuat. Perbuatan yang dilakukan secara berulang akan melahirkan karakter.
Baik tidaknya suatu karakter tergantung dari input infomasi yang masuk.[4]
D.
KOMUNIKASI ANTAR MANUSIA
Komunikasi
dengan sesama manusia minimal memiliki tiga bentuk : pertama, komunikasi
antarpersona atau antarpribadi; kedua, komunikasi kelompok; dan ketiga,
komunikasi massa.
Di
dalam Islam, istilah komunikasi dengan sesama manusia disebut dengan hablun
minannas, ta’aruf, dan muamalah.
1.
Komunikasi Antarpersona (Komunikasi Antarpribadi)
Komunikasi
antarpribadi didefinisikan dengan tiga pendekatan; berdasarkan komponen,
berdasarkan hubungan diadik, dan berdasarkan pengembangan.
Komunikasi
antarpribadi berdasarkan komponen artinya penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik.
Berdasarkan
hubungan, komunikasi antarpribadi diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung
di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Seperti
hubungan antara orang tua dengan anak, penjual dengan pelanggan, dan sebagainya.
Berdasarkan
pengembangan, komunikasi antarpribadi adalah akhir dari perkembangan komunikasi
yang bersifat tak pribadi pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau
intim pada ekstrim yang lain.[5]
Dalam
komunikasi dakwah, komunikasi antarpribadi dikenal dengan istilah dakwah
fardiyah, meskipun dakwah fardiyah memiliki maksud khusus di dalam melakukan
komunikasi yaitu ingin mengajak orang ke jalan kebaikan.
2.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi
kelompok merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial. Berkelompok adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.[6]
Hidup
berkelompok dalam Islam disebut dengan hidup berjamaah. Di dalam Islam
kehidupan berjamaah sangat dianjurkan bahkan terwujud dalam praktik beragama.
Kaum muslimin sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat lima waktu secara
berjamaah di mesjid. Rasulullah menanamkan shalat berjamaah di mesjid dengan
istilah sunan al-huda.
3.
Komunikasi Massa
Komunikasi
massa memiliki peran besar dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat dalam
menyampaikan pesan kepada masyarakat dalam skala luas, baik untuk sekedar
menyampaikan informasi, atau untu mendidik, menghibur, membimbing ataupun untuk
mempengaruhi pemikiran mereka. Jadi dapat dipahami bahwa komunikasi massa
adalah komunikasi yang menggunakan media yang bisa menjangkau massa dalam skala
luas. Media yang bisa digunakan untuk komunikasi bentuk ini adalah surat kabar,
majalah, film, radio, televisi, dan internet.
DAFTAR PUSTAKA
Hefni,
Harjani, Komunikasi Islam, ( Jakarta : Prenadamedia Group
, 2015)
[1]
Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah al-Sa’di, Tafsir al-Karim al-Rahm fi Tafsir
Kalam al-Mannan, (Mu’assasah al-Risalah, 1420H-2000 M), Juz 1, h.762, cet. 1.
[2] Ali bin
Muhammad bin Ali al-Zain al-Syarif al-Jurjani), al-Ta’rifat, (Beirut: Dar
al-Kutub al-‘ilmiyyah,1403-1993), h.18, cet.1
[3] Lihat,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi Tobat.
[4] Muhammad
bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad, Syamsuddin Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah,
al-Fawa-id, (Beirut : Dar al-Kutub al-‘ilmiyyah,1 893-1973), h.173, cet.2
[5] Joseph
A. Devito, The Interpersonal Communication Book, (New York : Addison Wesley
Longman,2001), h.4-5, Cet.9
[6] Brend
D.Ruben, Communication And Human Behaviour, (New Jersey: Prentince Hall, 1992), h.357, Cet.3
Komentar
Posting Komentar